MAKALAH "KELANGKAAN SUMBER DAYA ALAM DAN ENERGE SERTA FAKTOR PENCEGAH TERJADINYA KELANGKAAN"

0 Comments
MAKALAH "KELANGKAAN SUMBER DAYA ALAM DAN ENERGE SERTA FAKTOR PENCEGAH TERJADINYA KELANGKAAN"

A.    Pengertian Kelangkaan
Kelangkaan adalah keadaan simana kebutuhan manusia yang tidak terbatas dihadapkan dengan sumber daya yang terbatas.[1]
Faktor-faktor penyebab kelangkaan:
1.      Persediaan sumber daya alam terbatas
2.      Kemmpuan manusia untuk mrngolah sumber daya alam terbatas
3.      Sebagianbesar manusia memilikisifat serakah danakibatnya persediaan sumber daya alamcepat berkurang dan rusak
4.      Kebutuhan manusia terus meningkat, sementara sumber daya alam yang baru belum ditemukan.
Menurut ilmu ekonomi, kelangkaan mempunyai dua makna, yaitu[2]:
1.      Terbatas, dalam arti tidak cukup dibandingkan dengan banyaknya kebutuhan manusia
2.      Terbatas, dalam arti manusia harus melakukan pengorbanan untuk memperolehnya.

B.     Indikator-Indikator Kelangkaan Sumber Daya Alam dan Energi.[3]
Indikator kelangkaan bisa berwujud fisik misalnya melalui konsep cadangan, maupun indikator ekonomi seperti harga, sewa dan biaya produksi. Kelangkaan yang semakin mengancam yang dibuktikan dengan indikator kelangkaa memaksa orang untuk menghindari atau paling tidak memperlambat terjadinya kelangkaan. Berbagai inovasi teknologi dipergunakan untuk maksud tersebut dan terbukti cukup berhasil
  1. Indikator Fisik Kelangkaan Sumber Daya Alam dan Energi
Pengetahuan tentang cadangan belum memungkinkan kita mengetahui apakah cadangan tersebut banyak atau sedikit, makin langka atau tidak. Untuk itu cadangan lebih sring dibandingkan dengan tingkat penggunaan seperti produksi tahunan atau tingkat konsumsi sehingga bisa dihitung berapa lama cadangan akan mampu memberikan pasokan kebutuhan sumber daya alam dan energi. Cadangan bersifat dinamis sebagai jumlah tertentu jumlah sumber daya alam dan energi yang bisa di produksi secara menguntungkan pada harga sekarangdan tingkat teknologi sekarang.
  1. Indikator Ekonomi Kelangkaan Sumber Daya Alam dan Energi
Ada 4 indeks yang termasuk ke dalam indikator ekonomi kelangkaan sumber daya alam dan energi, yaitu:
  1. Harga Komoditi Sumber Daya Alam dan Energi
Isyu-isyu penting yang menyankut penggunaan harga sebagai indikator kelangkaan sumber daya alam dan energi antara lain: pertama, perubahan yang terukur melalui harga merupakan konsep ekonomi bukan konsep fisik. Kadang-kadang harga tidak mengalami kenaikan dengan langkanya suatu sumber dadya alam dan energi secara fisik, misalnya saja pada kasus sumber daya dan energi milik bersama, adanya substitusi hampir sempurna, dan mungkin juga disebabkan perbaikan teknologi pemetikan hasil. Kedua, menyangkut pada tahap proses pemanfaatan sumber daya alam dan energi diukur kelangkaannya melalui gerakan harga, terutama dalam kaitannya dengan kemungkinan substitusi antar faktor produksi. Misalnya pada tahap penambangan, substitusi modal dan tenaga kerja berakibat lebih banyak bahan tambang bisa diangkat termasukbahan tambang kelas di bawahnya. Sedangakan pada tahap pengolahan, substitusi tersebut terjadipada fase transportasi, peletisasi, pembakaranbahan tambang dan lainnya. Ketiga, berkaitan dengan indeks harga sebagai ukuran kelangkaaan; kadang-kadang perubahan harga tidak mencerminkan kelangkaan disebabkan perubahan tersebut muncul karena adanya peraturan-peraturan baru dari penguasa.
Dari sudut  empiris beberapa model ekonometri dan trend telah digunakan VK Smith (1976), Barnet (1979) dan lainnya, untuk melihat kelangkaan dari segi harga. Dari berbagai pengamatan tersebut Fisher (1981) menyimpulkan bahwa harga sumber daya alam dan energi, paling tidak untuk sumber daya alam dan energi yang habis nampanya mengikuti pola bentuk U. Pada mulanya harga turun dengan adnya penemuan-penemuan baru dan penambahan teknologi mampu mengurangi biaya. Namun setelah itu penemuan-penemuan makin jarang dan biaya tidak bisa terus ditekan dan harga mulai naik lagi setelah mencapai titik terendah sebelumnya.


b.      Sewa
Sewa adalah harga bayangan dari setiap unit sumber daya alam dan energi dalam bentuk stok atau besarnya nilai sekarang stok yang berkurang pada setiap unit pengammbilan sumber daya alam dan energi. Sayang sewa sangat sulit diperoleh. Kalaupun terlebih mencerminkan sewa Ricardian atau sewa berdasar perbedaan kulaitas tanah. Disamping itu, sewa kurang bisa mencerminkan kelangkaan karena tidak adanya “future market” dan sifat milik umum berbagai jenis sumber daya alam dan energi.
c.       Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan salah satu bagian dari keseluruhan biaya dalam pemanfaatan sumber daya alam dan energi. Barnett dan Morse (1963) menggunakan biaya produksi per unit untuk perumusan hipotesis kelangkaan dan hipotesis kelangkaan lemah untuk melihat apakah memang telah terjadi kelangkaan sumber daya alam dan energi. Hipotesis kelangkaan kuat menyatakan telah terjadi kenaikan biaya per unit ril hasil ekstraktif. Sedangkan hipotesis kelangkaan lemah menyatakan telah terjadi kenaikan biaya per unit hasil ekstraktif dibanding biaya per unit hasil bukan ekstraktif. Sektor ekstraktif yang dimaksudkan adlaah penjumlahan sektor-sektor pertanian, kehutanan, mineral dan perikanan. Hasil pengamatan Barnett dan Morse menunjukkan hanya sektor kehutanan yang nyata-nyata menunjukkan kenaikan biaya atau hipotesis kelangkaan kuat dan hipotesis kelangkaan lemah untuk sektor kehutanan tidak ditolak.
d.      Elastisitas Substitusi Masukan Lain terhadap Sumber Daya Alam dan Energi
Dalam teori fungsi kita mengenal adanya substitusi masukan yang memungkinkan kekurangan salah satu masukan digantikan oleh masukan lain, baik kekurangan itu disebabkan oleh tidak adanya/langkanya suatu masukan maupun karena mahalnya suatu masukan. Contohnya dapat dilihat pada sektor pertanian di mana masukan air bisa dihemat dengan penambahan masukan tenaga kerja untuk bagian pengontrolan atau penambahan masukan modal melalui perbaikan saluran atau sistem irigasi.
Barnet dan Morse menambahkan 4 macam indikator kelangkaan yang bersifat parsial, yaitu:
1)      Bertambahnya kelangkaan sumber daya alam dan energi akan menggeser modal dan tenaga kerja suatu negara dari kegiatan bukan ekstratif ke ektrsaktif.
2)      Kelangkaan akan menaikkan nilai keluaaran ekstraktif dibanding keluaran total pada herga berlaku.
3)      Penggunaan sumber daya alam dan energi akan semakin ekonomis dengan semakin langka dan mahalnya sumber daya alam dan energi.
4)      Penurunan kualitas sumber daya alam dan energi.
Namun, Brown dan Field mengatakan bahwa harga barang sumber daya alam dan nilai sewa ekonomis memliki kelemahan masing-masing dan mereka menyimpulkan bahwa[4]:
1.      Biaya rata-rata atau biaya per unit yang dipakai oeh Barnett dan Morse dalam mengukur kelangkaan sumber daya alam merupakan indikator yang meragukan karena hal-hal berikut:
a.       Dalam kehidupan yang berkembang terus, biaya rata-rata tidak tepat digunakan untuk mengukur kelangkaan yang semakin meningkat karena tingkat teknologi berkembang terus.
b.      Bahwa biaya per unit tidak memperhitungkan biaya-biaya pengambilan sumber daya di masa mendatang sebagai akibat dari meningkatnya kelangkaan itu sendii.
c.       Biaya per unit tidak dapat menjadi indeks pengukur yang tepat, karena biaya pengambilan di masa mendatang tidak dapat diperhitungkan di saat ini.
d.      Biaya per unit tidak mencerminkan keadaan semakin berkurangnya sumber daya alam.
2.      Bahwa harga barang sumber daya relatif lebih baik daripada biaya per unit sebagai pengukur kelangkaan sumber daya alam karena:
a.       Harga riil barang sumber daya lebih melihat ke depan dan mencerminkan adnya biaya yng diharapkan di masaa mendatang baik untuk eksplorasi, penemuan, maupun pengambilan.
b.      Kemajuan teknologi mengalihkan tanda-tanda kelangkaan sumber daya alam yang ditujukkan oleh harga riil barang sumber daya. Sebagai misal pada abad ke-XIX kau menjadi langka, tetapi kemajuan teknologi telah dapat menjamin kestabian harga barang.
c.       Harga riil tidak menunjukkan adanya kecenderungan semakin langkanya sumber daya alam yang memiliki sumber daya pengganti.
d.      Harga riil sumber daya dapat meningkat atapun menurun, yang berarti menunjukkan adanya kelangkaan atau berkurangnya kelangkaan, tergantung pada harga mana yang dipakai untuk membuat angka indeks . oleh karena itu harga barng sumber daya alam juga merupakan alat pengukur yang kurang jelas.
3.      Nilai sewa dari sumber daya alam atau nilai sumber daya alam di tempatnya, merupakan alat pengukur yang ketiga terhadap kelangkaan sumber daya alam. Nilai sewa ini lebih tepat menggambarkan kelangkaan sumber daya alam dari pada dua cara yang disebut sebelumnya. Nilai sewa sumber daya alam pada umumnya meningkat dalam beberapa puluh tahun yang terakhir,  tetapi biaya produksi Dan harga barang justru menurun, khususnya untuk kayu.
Namun demikian ada beberapa keberatan terhadap alat pengukur ini, di antaranya yaitu:
a.       Sulit untuk mendapatkan data nilai sewa ekonomis dari sumber daya alam, karen nilai sewa sumber daya alam itu tidak praktis dalam jangka pendek.
b.      Nilai sewa lebih memperkirakan kelangkaan sumber daya alam yag semakin meningkat dalam arti ekonomi, tetapi berkurangnya sumber daya alam secar fisik belum  tentu sejalan dengan kenaikan nilai sewa sumber daya alam sebagai cermin dari kelangkaan ekonomis.
c.       Sebagian sumber daya alam diusahakan untuk memenuhi kepentingan umum, sehingga harga pasar tidak mencerminkan penilaian  yang sesungguhaya terhadap sumber daya alam itu.
d.      Tidak ada “future market” untuk sumber daya alam, sehingga tingkat harga dimasa yang akan datang hanya ditentukan oleh harapan saja.
e.       Sumber daya alam mempunyai aspek  barang publik, yang pengkonsumsinya tidak harumengeluarkan orang yang tidak sanggup membayar (exclusion principle tidak berlaku), dan kalau barang itu dikonsumsi tidak mengurangi yang tersedia untuk dikonsumsi oranglain (rivalry in consumption tidak berlaku), sehingga harga pasar kurang dapat mewakili.
Sebagai upaya selanjutnya, Brown and Field mengajukan sebuah alat lagi yaitu dengan melihat elastisitas subtitusi antara faktor-faktor produksi khususnya kapital dan tenaga kerja apabila terdapat kelangkaan sumber daya alam, yaitu dengan melihat kemudahan bagi faktor produksi  lain dalam menggantikan sumber daya alam yang relatif semakin langka.

C.    Faktor Penghambat Kelangkaan Sumber Daya Alam dan Energi[5]
Ada beberapa faktor yang dapat mencegah atau menghambat kelangkaan, di antaranya:
  1. Teknologi dan Penemuan Cadangan Baru
Perkiraan seberapa besar cadangan sumber daya alam dan energi pada suatu masa didasarkan pada kondisi teknologi dan biaya saat itu, sehingga suatu ramalan/perkiraan bahwa jenis sumber daya alam dan energi tertentu akan habis untuk beberapa tahun lagi sering tidak terbukti. Penemuan-penemuan cadangan baru mampu mengatasi kekhawatiran tersebut dan dalam penemuan ini peranan teknologi tidak bisa diabaikan.
Kemajuan tekologi dalam bisang geologi, foto udara survei tanah, survei hutan, survei hidrologi, pengindraan jarak jauh dan lain-lain memungkinkan dapat dijangkaukan lokasi sumber daya alam dan energi. Hampir seluruh bumi telah bisa dipantau (termasuk laut dan angkasa) di mana terdapat sumber daya alam dan energi, bahkan manusia telah mulai mengalihkan perhatiannya ke planet lain. Inovasi teknologi memang sampai saat ni terbukti mampu mengatasi sebagian masalah kelangkaan atau paling tidak menghambat proses percepatan kelangkaan.
Bukti-bukti empiris antara lain menunjukan bahwa perubahan teknologi mampu meningkatkan efiiensi pengangkatan sumber daya alam dan energi. Teknik “long-well” pada penambangan batu bara mampu mempercepat penambangan dan tanpa lebih banyak batubara tertinggal sebagai penyangga atas seperti pada teknik “room and pillar”. Kemajuan teknik pengangkatan air tanah memungkinkan layak dari segi ekonomi mengusahakannya dalam skala besar meskipun sumber daya air tersebut terdapat pada kedalaman lebih kurang 1000 kaki. Disamping itu,sumber daya alam dan energi pada kelas bawah mulai bisa dimanfaatkan dengan adnya teknologi.
Selain membantu proses penemuan cadangan baru, teknologi mampu pula mampu pula membantu proses substitusi dalam produksi antara faktor produksi sumber daya alam dan energi terbarukan dan tak terbarukan.pupuk alam telah diganti dengan pupuk kimia plastik dan mengganti kayu, benang sintetis mengganti wool dan kapas, dan lain-lain. Kemajuan di bidang elektronika ternyata banyak manfaatnya dan mendasari kemajuan di bidang-bidang lain mulai dari kegiatan geologis sampai kegiatan komersial/bisnis teruama oenggunaan piranti-piranti elektronikanya.
  1. Kemajuan Transportasi dan Perdagangan Internasional
Kemajuan transportasi dan perdagangan internasional  merupakan contoh usaha mengatasi kelangkaan syumber daya alam dan energi melalui teknologi dan penggunaan modal. Sarana transportas yang memadai memungkinkan dapat dialirkannya pasokan sumber daya alam dan energi ke konsumen secara kesinambungan. Bukti dapat dilihat di Jawa terdapat pabrik kayu lapis yang masukannya datang dari luar Jawa. Hal ini hanya mungkin karena aliran masukan bisa berjalan lancar dengan adnya sarana transportasi.
Perbaikan transportasi (laut) juga mendorong perdagangan komoditi sumber daya alam dan energi sehingga sumber daya alam dan energi suatu negara bisa dijual ke negara-negara lain yang membutuhkan. Pwling jelas kita dapat melihat setiap harinya ada tanker-tankser pembawa minyak lalu larang mengarungi lautan.
Meningkatya daya saing ekonomis smber daya alam dan energi dan terdorongnya kegiatan eksplorasi pada daerah yang sebelumnya tak terjangkau, merupakn aspek ain kemajuan transportasi.
  1. Daur Ulang
Saat ini teknologi daur ulang berkembang pesat dalam mengolah sisa-ssa produksi dan konsumsi sehingga tidak terbuang percuma atau  mengotori lingkungan. Di negara-negara berkembang belum semua jenis sampah bisa di daur ulang karena keterbatasan teknologi. Sampah sampah tertentu seperti karduskertas dan barangbarang plastik nampaknya sudah berhasil di daur ulang menjadi barang baru lagi.
Berbicara tentang plastik, kini pemerintah menetapkan keputusan “plastik bertarif” di setiap pusat perbelanjaan atau mini market lainnya. Hal ini bertujuan untuk mencegah penggunaan plastik yang berlebihan dikarenakan sampah plastik ini sulit untuk lapuk jika tidak dibakar terlebih dahulu. Kaitannya dengan materi ini, sampah palstik yang tidak lapuk akan berpengaruh terhadap kondsi tanah dan cadangan sumber daya alam dan energi kedepannya.
Daur ulang memungkinkan dihematnya oenggunaan sumber daya alam dan energi asli sehingga jika sumber daya alam dan energi asli memang langka, penghemata tersebut sangat diperlukan. Proses daur ulang masih kurang lancar karaena teknologinya belum ada atau bisa pula karena sumber daya alam dan energi asli justru diberi subsidi dibanding barang-barang hasil daur ulang.
  1. Subtitusi Penggunaan Sumber Daya dan Energi
Perkembangan substitusi sumber daya alam dan energi baik dalam produksi maupun konsumsi sangat membantu proses pembatalan kelangkaan. Dalam konsumsi, kemungkinan penggantian tanpa mengurangi kepuasan konsumen telah bayak dilakukan. Perbaikan dalam transformasi umum mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sehingga bisa menghemat energi.
Konsumsi bahan pangan biji-bijian mulai mengantikan kebutuhan daging, beras menggantikan gandum yang semakin mahal di bidang bangunan bahn-bahan pengganti batu-bata dan genting mulai bermunculan sehingga tanah-tanah pegunungan bisa diselamatkan. Kayu lapis menggantikan kayu-kayu keras yang semakin langka dan mahal.


REFERENSI

Adji, Wahyu dkk. 2007. Ekonomi untuk SMA/MA Jilid 1 Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Prodjo , Sukanto Reksohadi dan Pradono.2012. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi Edisi 2. BPFE: Yogyakarta.
Suparmoko, M., 2013. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (Suatu Pendekatan Teoritis) Edisi 4 Revisi. BPFE: Yogyakarta.




[1] Wahyu Adji, dkk, Ekonomi untuk SMA/MA Jilid 1 Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm.24.
[3] Sukanto Reksohadi Prodjo dan Pradono, opcit., hlm.40-45.
[4] M. Suparmoko, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (Suatu Pendekatan Teoritis) Edisi 4 Revisi, (BPFE: Yogyakarta, 2013), hlm.58-60
[5] Sukanto Reksohadi Prodjo dan Pradono, opcit., hlm.45-48.


You may also like

No comments:

Powered by Blogger.