MAKALAH "PANDANGAN EKONOM AUSTRIA TENTANG UANG"

0 Comments
MAKALAH "PANDANGAN EKONOM AUSTRIA TENTANG UANG"

A.    Konsep Analisis Marginal Madzhab Austria
Para pakar neo-klasik dalam membahas ramalan Marx menggunakan konsep analisis marginal  (Marginal Analysis) atau Marginal Revolution. Pada initinya, konsep ini merupakan pengaplikasian kalkulus diferensial terhadap tingkah laku konsumen dan produsen, serta penentuan harga-harga di pasar,
Teori ini telah lama digunakan dan dikembangkan Heindrich Gossen (1810-1858) dalam menjelaskan kepuasaan (utility) dari pengkonsumsian sejenis barang. Menurutnya, kepuasan marginal (Marginal Utility) dari pengkonsumsian suatu macam barang akan semakin turun jika barang yang sama dikonsumsi semakin banyak (Hukum Gossen I). Dalam Hukum Gossen II, menjelaskan bahwa sumber daya dan dana yang tersedia selalu terbatas, secara relatif, untuk memenuhui berbagai kebutuhan yang relatif tidak terbatas. [[1]] Dengan adanya kendala (constraint)ini, kepuasan maksimum yang bisa diperoleh terjadi pada saat manfaat tambahan sama untuk tiap barang yang dikonsumsi tersebut dengan syarat semua sumber daya dan dana terpakai habis seluruhnya. [[2]]
Karena pada masanya teori ini tidak mendapat perhatian lebih dari para ekonomnya, maka sekitar 40 tahun kemudian, Jevons, Menger, Bohm-Bawerk dan von Wieser (yang tergabung dalam Mazhab Austria) memberi pengakuan dan penghargaan atas karya Gossen tersebut. Sejak itulah konsep marginal ini sering diakui sebagai kontribusi utama dari mazhab Austria.
Mazhab Austria adalah kelompok pemikir ekonomi yang mendukung dan memakai konsep marginal, dan berasal dari Universitas Wina (Austria). Mereka mempunyai ciri pandang khusus, yaitu penerapan kalkulus dalam pengembangan teori-teori mereka.
Tokoh utama Mazhab Austria adalah:
  1. Karl Menger (1840-1921)
Karya utamanya adalah Grusatze der Volks Wirtschaftslehre (1817). Dalam bukunya ia mengembangkan teori utilitas marginal.
  1. Friedrich von Wieser (1851-1920)
Karya utamanya adalah Uber der Ursprung und die Hauptyesetze des Wirtschaftlichen Wertes (1884), Der Naturliche Wert (1889) dan Theory der Gesellschatlichen Wirtschaft (1914). Ia sangat berjasa dalam mengembangkan teori utilitas Menger dengan menambahkan formulasi biaya-biaya oportunitas (Opportunity Cost).
  1. Eugen von Bohm-Bawerk (1851-1914)
Karyanya adalah Capital an Interest (1884) dan Positive Theory of Capital (1889). Kontribusi utamanya adalah dalam pengembangan teori tentang modal (theory of Capital) dan teori tentang tingkat suku bunga.
Kemudian teori-teori mereka dikembangkan lebih lanjut oleh tokoh-tokoh lain, seperti:
  1. Knut Wicksell (1851-1926)
Ia berjasa dalam mengasimilasikan analisis keseimbangan umum Walras dengan teori kapital dan suku bunga Bohm-Bawerk menjadi teori distribusi. Dan pengembangan teori moneter yang dihubungkan langsung antara tingkat suku bunga dengan harga-harga. Karya utamanya adalah Lectures on Political Economy (1901).
  1. Ludwig Edler von Mises (1881-1973)
Karya-karyanya antara lain The Theory of Money and Credit (1912), Bureaucracy (1944) dan The Ultimate Foundation of Economic Science (1962).
Menurutnya, sistem harga merupakan basis paling efisien dalam mengalokasikan sumber day. Oleh karena itu, ia sering mengkritik sistem ekonomi komando yang tidak mempunyai sistem harga, dan sistem ekonomi komando tidak akan mendapat melembagakan

B.     Pandangan Ekonom Austria tentang Uang [[3]]
Terhadap kenyataan adanya inflasi, krisis perbankan dan krisis ekonomi, para pemikir ekonomi dari Austria menyalahkan penggunaan fiat money sebagai penyebab utama terjadinya berbagai macam krisis tersebut. Mereka mengusulkan diterapkannya 100% reserve gold standard. Para ekonom Austria beranggapan bahwa sistem ini lebih superior memelihara kestabilan dibandingkan dengan sistem flat money yang ada. Karena dapat mencegah terjadinya inflasi dan memelihara kestabilan harga-harga secara umum.
Para ekonom Austria berpendapat bahwa dengan menggunakan fiat money pemerintah dengan bebas akan dapat mencetak uang tanpa mempertimbangkan kebutuhan dari transaksi di sektor riil. Disamping itu, percetakan uang akan menghasilkan bagi otoritas moneter.
Para ekonom Austria mempuanyai sudut pandang yang lebih radikal dibandingkan dengan para ekonom Monetaris maupun Keynesians dalam melihat inflasi. Ekonom Austria mendefinisikan inflasi sebagai peningkatan dari volume money supply. Adapun harga-harga yang meningkat yang terjadi setelah peningkatan money supply merupakan konsekuensi dari inflasi, meski bukan merupakan inflasi itu. Jika inflasi adalah peningkatan money supply, maka penyebab inflasi adalah pencetakan uang oleh pemerintah untuk membiayai anggaran defisit dan penciptaan kredit oleh sistem fractional reserve banking. Peningkatan money supply tanpa diimbangi dengan peningkatan cadangan emas atau comodity money lainnya akan memberikan effect harmful terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu ekonom Austria, Ludwig von Mises bahkan berpendapat bahwa penciptaan kredit melalui fractional reserve lending oleh perbankan mirip dengan pencetakan uang. Hanya cara uang tersebut masuk ke dalam sirkulasi yang berbeda...” by lowering the interest rate they charge,banks can intensify the demand for credit. Then, by satisfying this demand, they can increase the quantity of fiduciary media in circulation”
Cara mengatasi seignorage dan penciptaan kredit oleh perbankan, menurut ekonom Austria, adalah dengan menggunakan kombinasi antara  100% reserve dan standar emas. Dengan demikian, ekspansi kredit besar-besaran oleh sistem perbankan akan dapat dieliinir. Dengan menggunakan uang yang convertible terhadap emas akan mengakhiri terjadinya inflationary goverment polices karena peningkatan kuantias uang harus diimbangi dengan kenaikan cadangan emas. Disini musti dicatat, bahwa tingkat harga secara umum, tidak akan stabil 100%. Karena mencapai tingkat harga yang super stabil adalah tidak mungkin, yang menurut ekonom Austria sendiri hal ini merupakan tindakan yang unnecessary.
Terdapat dua keuntungan lain dari rendahnya tingkat inflasi dalam sistem 100% reserve gold standard. Yang pertama adalah rendahnya tingkat suku bunga, ini tidak disebabkan karena  bank sentral merendahkan suku bunga, namun karena peminjam uang resiko yang lebih kecil dalam sistem ini. Jika tingkat suku bunga masih merefleksikan kelangkaan modal, maka naik turunnya siklus bisnis akan dapat dihindari, sehingga pertumbuhan ekonomi akan sustainable.
Keuntungan kedua diterapkan 100 % reserve gold standard, menurut ekonom Austria adalah akan membatasi keleluasaan pemerintah untuk menerapkan anggaran defisit. Karena dengans istem ini, pemerintah mau tidak mau harus melakukan anggaran berimbang. Dalam sistem ini, seluruh program pemerintah harus didanai dengan menggunakan pola taxation,baik secar langsung maupun tidak langsung.
Ekonom Austria juga menambahkan, selain beberapa keuntungan di atas, akan ada keuntungan lain yang akan diperoleh pemerintahan suatu negara jika sistem tersebut ditrapkan oleh banyak negara di dunia, yakni meningkatnya perdagangan internasional, ini disebabkan risiko kurs nilai tukar akan dengan sendirinya tereliminir.



REFERENSI

Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), hlm. 57-59.



[[3]] Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), hlm 57-59.


You may also like

No comments:

Powered by Blogger.