MAKALAH "ISLAM DI INDONESIA PADA ZAMAN MODERN DAN KONTEMPORER"

0 Comments
MAKALAH "ISLAM DI INDONESIA PADA ZAMAN MODERN DAN KONTEMPORER"


A.    Gerakan Modern Islam
1.      Asal-usul dan Perkembangan
Gerakan modern Islam merupakan jawaban yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat Islam pada masanya. Kemunduran progresif Kerajaan Usmani yang merupakan pemangku khalifah Islam, setelah abad ke tujuh belas, telah melahirkan kebnbgkitan Islam di kalangan bangsa Arab. Diantaranya yaitu gerakan Wahabi, sebuah gerakan reformis yang merupakan jembatan untuk menuju ke arah pembaruan Islam abad ke-20 yang lebih bersifat intelektual. Gerakan yang lahir di Timur Tengah itu telah memberikan pengaruh besar kepada gerakan kebangkitan Islam di Indonesia, ditandai dengan munulnya organisasi-organisasi soasial keagamaan seperti Sarekat Dagang Islam (SDI) di Bogor (1909) dan Solo (1911).[[1]]
Hampir pada waktu yang bersamaan, pemerintah Belanda menjalankan politik etis dengan mendirikan sekolah formal bagi bumi putra kalangan bangsawan. Kaum terpelajar tersebut mendirikan organisasi-organisasi sosial  seperti Budi Utomo, Taman Siswa, dsb, yang di dalamnya tumbuh benih-benih nasionalisme dalam penngertian modern.
Gerakan Islam kontemporer yaitu gerakan yang muncul sekitar tahun 70-an dan 80an dalam suatu setting kehidupan masyarakat indonesia yang sedang mengalami proses intensifikasi modernisasi.[[2]] Pada umumnya gerakan-gerakan Islam baik yang tradisional maupun yang modernis muncul sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, yaitu pada periode waktu antara 1900-1940-an.[[3]]
Munculnya gerakan Islam kontemporer secara evolutif juga disebabkan oleh proses sejarah indonesia yang telah membuka kesempatan besar bagi tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.[[4]]
Salah satu yang paling menonjol dalam gerakan reformasi Islam, ialah peranan yang sangat menentukan yang dimainan para ulama muda. Keikutsertaan dan kepemimpinan para cenekiawan dalam pergerakan politik Islam juga didukung oleh bangkitnya kesadaran kebangsaan di kalangan anak negeri. Gerakan pembaharuan Islam dan kebangkitan kesadaran nasionaladalah proses yang saling mendukung.[[5]]
2.      Pengaruh Gerakan Modernisasi Islam terhadap Perkembangan Islam di Indonesia [[6]]
Adapun pengaruh gerakan moderniasi Islam terhadap Perkembangan Islam di Indonesia, diantaranya:
a.       Bidang Akidah :Gerakan ini berusahamelakukanpembaruan karena banyak paham yang tidak sesuai denganajaran Islam, antara lain paham fatalisme, masuknya budaya syirik, takhayul, bidah,
dan khurafatke dalam ajaran Islam.
b.      Bidang Politik : Melakukan pembaruan dengan tujuan membebaskan wilayah Indonesia dari cengkraman Belanda.
c.       Bidang Pendidikan :Melakukan pembaruan dengan cara melakukan perubahan kurikulum pendidikan dan memadukan pendidikan
modern
.
d.      Bidang Ekonomi :.Melakukan pembaruan dengan tujuan untuk menyaingi perdagangan orang-orang nonpribumi yang menguasai ekonomi Indonesia.


B.     Perjuangan Kemerdekaan Umat Islam [[7]]
1.      Masa Kolonial Belanda
Nasionalisme dalam pengertian politik baru muncul setelah  H. Samanhudi menyerahkan pimpinan SDI kepada HOS Tjokroaminoto yang mengubah nama SDI serta memperluas ruang geraknya, menjadi SI. SI merupakan organisasi politik pelopor nasionalisme Indonesia. Pada dekade pertama, SI berhasil merekrut anggota dari berbagai kelas dan aliran yang ada di Indonesia, yang pada saat itu semuanya bertekad ingin mencapai kemerdekaan (ideologi persatuan dan anti-koonialisme).
Demikianlah SI memperjuangkan pemerintahan sendiri bagi pendudukan Indonesia, bebas dari pemerintaha Belanda. Namun dalam perjalan sejarahnya, mulai terjadi perbedaan taktik dan program di kalangan tokoh-tokoh. Puncak perbedaan ini ditandai dengan munculnya ideologi komunisme dan lahirnya Partai Komunis Indonesia (PKI) yang merupakan bentuk pemisahan diri dari SI, tahun 1923.
Banyak kalangan peergerakan yang kecewa terhadap perpecahan itu. Orang-orang yang kecewa itu kemudian  mendirikan kekuatan politik baru yang bebas dari komunisme dan Islam, diantaranya Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927. Mereka ini sering disebut dengan nasionalis sekuler atau nasionalis netral agama.
Dengan demikian  , terdapat tiga kekuatan politik yang mencermikan tiga aliran ideologi yaitu Islam, komunisme dan nasionalis sekuler. Ketiga aliran tersebut terlibat dalam konflik ideologi yang cukup keras. PKI tumbang lebih awal, kemudian SI juga mengalami kemorosotan sementara partai-partai nasionalis sekular berkembang dengan pesat.

2.      Masa Pendudukan Jepang
Kemunduran progresif yang dialami partai-partai Islam seakan mendapatkan dayanya kembali setelah Jepang datang menggantikan posisi Belanda. Jepang berusaha mengakomodasi dua kekuatan, Islam dan nasionalis sekular, ketimbang pimpinan tradisional. Jepang berpendapat, organisasi-organisasi Islamlah  yang sebenarnya mempunyai massa yang patuh dan hanya dengan pendekatan agama, penduduk Indonesia ini bisa dimobilisasi.
Oleh karena itu, organisasi-organisasi non-keagamaan dibubarkan, organisasi-organisasi besar Islam dilanjutkan dengan Majelis Syuro Muslim Indonesia (MASYUMI) dan juga Pembela Tanah Air (PETA) yang didominasi oleh golongan sendirian.
Bagi golongan nasionalis dibentuk lembaga-lembaga baru, seperti Gerakan Tiga A (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia) dan Poesat Tenaga Rakjat (Poetra).
Jepang kemudian menjanjikan kemerdekaan Indonesia dengan mengeluarkan maklumat Gunseikan no. 23/29 April 1945, tentang pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUKI) yang keanggotannya didominasi oleh golongan nasionalis sekular.
Dalam badan inilah, Soekarno mencetuskan ide Pancasila dan atas dasar kompromi panitia sembilan lahirlah Piagam Jakarta. Pada prinsip ketuhanan terdapat anak kalimat “dengan kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.


C.    Organisasi Politik dan Organisasi Sosial dalam Suasana Indonesia Merdeka [[8]]
1.      Masa Revolusi dan Demokrasi Liberal
Pada waktu proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, Piagam Jakarta sama sekali tidak digunakan. Soekarni-Hatta justru membuat teks proklamasi yang lebih singkat, karena ditulis secara tergesa-gesa. Menjelang kemerdekaan, setelah Jepang tidak dapat menghindari kekalahan dari tentara sekutu, BPUKI ditingkatkan menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Perubahan itu menyebabkan persentase Nasionalis Islam merosot tajam.
Kemudian tujuh kata dalam anak kalimatt yang tercantum dalam sila pertama Pancasila dengan segala konsekuensinya dihapuskan dari konstitusi. Namun penghapusan itu sama sekali tidak mengakhiri konflik ideologi. Tidak hanya itu, pembentukan Departemen Agama juga tidak meredakan konflik. Bahkan setelah diperkenankannya mendirikan partai polotik, tiga kekuatan yang sebelumnya bertikai muncul kembali.
Tidak kekuatan ideologi terebut memunculkan tiga alternatif dasar negara: Islam, Pancasila dan Sosial Ekonomi. Tetapi dalam perjalanan sidang-sidang Konstituante itu, perdebatan ideoogis mengenai dasar negara terkristal menjadi Islam dan Pancasila. Namun, dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 1959, konstituante dinyatakan bubar dan UUD 1945 dinyatakan berlaku kembali. Taklama setelah itu Masyumi diperintahkan bubar oleh Presiden Soekarno.
2.      Masa Demokrasi Terpimpin
Dengan bubarnya Masyumi, partai Islam tinggal NU, PSII dan Perti. Partai-partai ini sebagaimana juga partai-patai lain, mulai menyesuaikan diri dengan keinginan Soekarno yang tampaknya mendapat dukungan dari dua pihak yang bermusuhan, ABRI dan PKI.
Walaupun partai-partai Islam itu melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap kebijaksanaan Soekarno, tetapi secara keseluruhan,peranan partai-partai islam mengalami kemerosotan.
Di masa Demokrasi Terpimpin ini, Soekarno kembali mnyuarakan ide lamany NASAKOM, suatu pemikiran yang ingin menyatukan nasionalis sekuler, Islam dan Komunis. Akan tetapi idenya itu dilaksanakan dengan caranya sendiri dan PKI sebagai peran utama.
Masa ini berakhir dengan gagalnya Gerakan 30 september PKI tahun 1965, umat Islam bersama ABRI dan golongan lainnya bekerja sama menumpas gerakan itu.
3.      Masa Orde Baru
Setelah Orde Lama hancur, kepemimpinan Indonesia berada di tangan Orde baru. Tumbangnya Orde Lama-yang umat Islam ikut berperan besar di dalam menumbangkannya-memberikan harapan-harapan baru kepada kaum muslimin.
Orde baru memang sejak semula mencanangkan pembaruan sistem politik. Penetapan kehidupan kepartaian berikutnya adalah penetapan asas tunggal. Dengan asas ini, peran politik (formal) Islam tidak ada lagi,tetapi sebagai agama yang mengaku tidak memisahkan diri dari persoalan politik, tentu peran itu akan terus berlangsung. Mungkin dengan pendekatan yang berbeda.
4.      Kebangkitan Baru Islam di Masa Orde Baru
Dengan pengasastunggalan, sebagian umat Islam menganggap bahwa penyalur aspirasi politik Islam hilang. Terdapat kekhawatiran di kalangan sebagian mereka terhadap ancaman sekularisasi politik dan kehidupan sosial di indonesia. Ada anggapan bahwa dengan asas tunggal bagi kekuatan politik dan organisasi kemasyarakatan, identitas keislaman mereka akan semakin memudar.
Kemudian, Balitbang Agama Departemen Agama menyelenggarakan seminar dengan tema “Peranan Agama dalam Pemantapan Ideologi Negara Pancasila”. Kesimpulan dari kegiatan-kegiatan itu tampaknya menyatakan bahwa aspirasi keagamaan dalam kehidupan politik di Indonesia tetap tersalurkan.
Sejak dekade 1970-an, kegiatan Islam semakin berkembang dibandingkan waktu sebelumnya. Tanda-tanda kebangkitan Islam bisa dilihat dari munculnya bngunan-bangunan baru islam seperti masjid, madrasah dan pesantren. Selain itu, juga didirikannya MUI dan organisasi organisasi Islam lainnya, seperti Muhammadiyah dan NU.




[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hal.257-258
[2] Abdul Aziz dkk, Gerakan Islam Kontemporer di Indonesia, (2006, Jakarta: Diva pustaka), hal. 1
[3] Ibid, hal.8
[4] Ibid, hal.11
[5] Taufik Abdullah dan Muhammad Hisyam, Sejarah Umat Islam Indonesia, (2003, Jakarta: PT Intermasa), hal.147-148.
[7] Badri Yatim,  op.cit, hal.259-264
[8] Ibid., hal.265-275.


You may also like

No comments:

Powered by Blogger.